Rabu, 22 Januari 2014

Kutulis Sebelum Lupa Episode Gank Swakarya

           Perjalananku... entah harus dimulai darimana aku bercerita. Oh aku awali dengan ceritaku di masa aku kecil dimana aku tumbuh dengan sangat gembira. Cerita ini terjadi 16 tahun yang lalu, kira-kira umurku saat itu 5 tahun. Yaa sudah lama sekali. Masa kecilku saat itu banyak aku habiskan di Swakarya di rumah nenekku. Banyak cerita seru yang aku alami di sana. Jiwa petualangku pun rasanya berawal dari sana. Aku memiliki 2 sahabat laki-laki, nama mereka adalah Ayek dan Adil, dan tentunya satu orang musuh bebuyutan namanya Yoga. Aku tidak ingat bagaimana aku bisa mengenal kedua sahabatku itu, yang aku tahu mereka salah satu sahabat terbaik dalam hidupku. Aku masih ingat saat aku dan mereka berpetualang di sekitar komplek tempat tinggal nenekku. Oh ya, di Swakarya aku selalu berpetualang bersama kakak laki-lakiku, namanya Restu Setyawan Putra, biasanya sih dipanggil Restu atau Puput. Aku lanjutkan ya ceritaku. Nah masa kecilku saat aku berumur 5 tahunan bagiku adalah best moment, karena masa itu sangat membahagiakan. Mmm, sampai di mana ya tadi? Oh ya, saat aku kecil aku sangat takut loh dengan orang kulit hitam karena mereka terlihat menyeramkan, walaupun hari ini kulitku juga htam sih hehehe. Nah aku pernah waktu sedang bermain bersama komplotan gank Swakaryaku, aku menabrak seorang Mas-mas kulit hitam yang ngontrak di tempat Ayek. Huh, aku takut luar biasa. Eh tapi ternyata aku yang udah "mimbik-mimbik" waktu itu malah ditraktir jajan snack sama susu. Mulai saat itu ketakutanku terhadap orang kulit hitam lenyaplah sudah. Moment lain yang menurutku paling berkesan adalah saat aku bermain di gorong-gorong dekat pos ronda komplek, gorong-gorong itu dulu bagiku keliatan panjang sekali dan mengerikan. Eh ternyata setelah beberapa hari lalu aku sempatkan main ke sana ternyata gorong-gorongnya pendek dan badanku sudah tidak muat rupanya hahaha...Aku lanjut ya. Moment selanjutnya adalah saat main petasan bersama kakak dan sahabat-sahabatku di sana. Kelucuan itu bermula saat kami iseng sok berani menyalakan petasan kupu-kupu, salah-salah malah petasan itu menyerang kami berempat eh berlima, sepertinya ada tambahan anak cowok lagi tapi aku lupa nama mereka. Petasan itu akhirnya meledak di dekat tempat terempuk dari si Adil yaitu pantatnya si Adil, haha lucu banget deh pokoknya. Pokoknya waktu kecil aku badung banget karena lebih banyak main dengan anak-anak cowok daripada anak perempuan. Makanya waktu kecil aku kayak jadi Ibu Bos dari Gank Swakarya, dulu aku pernah direbutin oleh dua gank loh. Yap Gank anak cewek sama Genk Badung (Genk ku).
               Oh iya aku belum ngenalin siapa Adil, Ayek, sama aku lebih dalam ya? Namaku Stella Swastika Putri, orang-orang lebih sering memanggilku Ela. lucu kan? Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku tadi namanya Restu Setyawan Putra, dan nama panggilannya sudah aku jelaskan di tulisanku sebelumnya. Aku dan kakakku beda usia 2,5 tahun. Aku lahir di Sleman dan besar di Sleman hingga sekarang. Ayahku dulu bekerja sebagai karyawan Hotel Sheraton Ambarukmo dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. Kami sekeluarga sebenarnya tinggal di Desa Cebongan, Tlogoadi, Mlati, Sleman. Jaraknya sekitar 12 km dari rumah nenekku di Swakarya dekat Bulaksumur. Setiap beberapa hari sekali aku sekeluarga pasti menyempatkan main ke rumah nenek, boleh dibilang hampir setiap hari. Aku selalu senang ketika bermain di rumah nenek karena di sana ada Paman, Bibi, dan Keponakan yang lucu, serta mbak-mbak kos yang selalu ramah padaku dan selalu bilang kalau aku lucu dan menggemaskan hihihi. Nah mungkin karena aku sering main ke rumah nenek makanya aku jadi kenal dengan Adil dan Ayek. Adil sendiri anak tunggal, rumahnya persis di depan rumah nenekku dan sebelahan dengan rumah Ayek. Bisa dibilang kalau Adil itu yang paing borju dari kami berempat. Ayahnya aku tidak tahu bekerja sebagai apa, tapi ibunya selalu di rumah karena beliau seorang ibu rumah tangga. Rumah Adil sangat besar dan mewah. Rumahnya bertingkat dua lantai dan tempat kesukaan kami saat bermain di rumah Adil adalah dapur, ruang tamu, dan tentunya kolam ikan. Dapur, alasannya karena pasti kami boleh mengambil makanan sepuasnya. Kemudian ruang tamu karena kami sering bermain petak umpet di ruangan itu. Walaupun sebenarnya aku takut dengan guci-guci besar di ruangan yang gampang kesenggol dan pecah. Nah kalau kolam ikan, alasannya kami bisa berenang di sana kalau lagi nggak ada ikannya. Ibu Adil menurutku ibu yang ramah dan baik hati. Ibu Adil selalu baik kepadaku, mungkin karena beliau sebenarnya ingin sekali memiliki seorang anak perempuan. Tidak jarang aku sering dibelikan barang-barang oleh ibunya adil. Ahh, menulis kenangan ini aku jadi ingat banyak hal. Adil sendiri orangnya menurutku anak yang baik dan kalem, walaupun kadang agak kolokan dan manja karena dia anak tunggal. Dibandingkan Ayek, Adillah yang lebih dekat denganku. Dia juga yang paling sering bagi-bagi makanan hehehe. Kemudian Ayek, dia adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Nah aku sendiri sampai sekarang masih bingung nama kakak dan adiknya Ayek karena namanya mirip-mirip. Mulai dari Ayik, Ayuk, dan apalah itu aku nggak hafal. Kakak pertama Ayek laki-laki, kedua perempuan, dan adiknya laki-laki. Bagiku Ayek bersaudara itu sangat energik dan pintar-pintar. Terbukti dari kacamata yang mereka pakai (kecuali Ayek). Ayah Ayek aku dengar seorang dokter, dan ibunya sepertinya wanita karir. Di depan rumah Ayek ada tanaman talok-talokan dan talok sungguhan yang sering kami berempat jadikan target pemanjatan. Setiap sore biasanya ada abang-abang siomay dan putu mampir jualan di situ, dan kami berempat hobi melariskan dagangan mereka hehehe.    
            Oh ya si Yoga itu, aku kurang ingat dengan dia. Hal yang aku ingat dari dia adalah dia suka bikin onar dan agak jahat denganku, tapi aku selalu minta maaf dengan dia walaupun aku idak bersalah. Pikirku untuk meluluhkan hatinya yang keras haha (baru umur 5 tahun tapi kok aku udah tua ya pemikirannya ya? hehehe). Sayangnya, perpisahan harus memisahkan kami. Karena harus menjalani berbagai pengobatan, rumah nenek di Swakarya harus dijual dan nenek pindah ke Sedan, Monjali. Saat itu aku ingat bahwa aku sudah kelas 1 SD. Sedih rasanya meninggalkan rumah nenek di Swakarya. Kesedihan itu semakin melanda hatiku karena aku yang masih kecil tidak bisa sring-sering lagi main ke Swakarya dengan 2 sahabatku. Saat aku sudah bisa menulis dan membaca, sempat aku menulis surat untuk mereka. Di surat itu aku hanya menulis "Apa kabar kalian? Semoga kalian baik-baik saja. Aku sayang kalian." Aku menunggu balasan dari mereka, namun ternyata balasan surat itu tak kunjung datang. Beberapa bulan setelah aku mengirim surat, baru aku tahu mereka sudah membaca surat dariku. Aku tak mengharapkan balasan dari Ayek karena memang dia belum bisa menulis surat dan kurang peka untuk membalas surat. Dari Ibu Adil aku tahu bahwa sebenarnya Adil malu menulis surat balasan untukku, namun sebenarnya Ibunya melihat suatu kerinduan yang besar kepadaku. Ya sudahlah namanya anak-anak (loh padahal aku juga anak-anak ya haha). Untuk Ayek dan Adil, saat ini aku ingin mengetahui kabar kalian, apakah kalian sehat-sehat saja? Apa kalian juga masih ingat padaku? Di sini aku selalu mengingat kalian. Adil, aku dengar kamu sudah lulus dari STT Telkom di Bandung, dan kabar orang tuamu juga baik-baik saja. Ayek, aku sudah pernah bertemu kakak laki-lakimu di rumah. Dia sangat tampan dan mukanya mungkin mirip kamu ya. Aku juga sudah tahu kalau dia sudah menikah. Walau aku tidak bisa mengingat semua masa-masa kecil kita, tapi aku tahu kita memang sahabat. Jika Allah mengizinkan, aku harap kita suatu saat dapat bertemu lagi dan saling mengenal satu sama lain. Terima kasih sahabat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar