Kondisi
fisik suatu negara biasa dilihat melalaui bentang alamnya. Bentang alam secara
harfiah berarti pemandangan. Secara istilah maka bentang alam memiliki makna
sebagai suatu pemandangan alam yang menyajikan mengenai gambaran bentuk
permukaan bumi beserta alam hayati yang ada bersamanya. Lalu apa pentingnya
dengan kondisi bentang alam di suatu negara? Pertanyaan ini tentu tidak mudah
untuk dijawab, namun secara garis besar bentang alam dapat dkatakan sebagai
“induk” dari suatu wilayah yang dapat mempengaruhi setiap sektor kehidupan di
dalamnya. Bentang alam akan mempengaruhi kondisi lingkungan tempat tinggal dari
suatu makhluk hidup dan cara mereka berinteraksi dengan satu sama lain. Hasil
interaksi manusia dalam mempertahankan hidupnya inilah yang kemudian disebut
sebagai bentang sosial budaya, oleh karena itu tidak jarang bentang sosial
budaya akan berkaitan erat dengan kondisi ekonomi suatu masyarakat.
Jepang
merupakan negara negara kepulauan dengan rentetan gugusan gunungapi yang
tersebar di hampir seluruh pelosok negeri. Keberadaan gunungapi tersebut secara
langsung mempengaruhi bentang sosial-budaya dan ekonomi yang berkembang di Jepang.
Bentang alam dalam hal ini tidak hanya terbatas dipandang sebagai bentukan
alamnya saja, melainkan juga meliputi sifat-sifat yang dimiliki dari setiap
bentukan bentang alam, atau yang lebih familiar
disebut sebagai sifat bentuklahan. Jadi, setiap bentuklahan yang terbentuk
pada suatu bentang alam akan memiliki sifat yang berbeda-beda sesuai proses
pembentukkannya di masa lampau serta proses-proses masa kini yang akan
mempengaruhi proses pembentukkan selanjutnya dan hasil proses tersebut di masa
mendatang. Wilayah gunungapi sendiri merupakan bentang alam berupa bentuklahan
vulkanik. Bentuklahan ini terbentuk akibat suatu proses vulkanisme di dalam
perut bumi, di mana pergerakan lempeng bumi menyebakan magma terdesak naik ke
atas permukaan sehingga menyebabkan terbentuknya punggungan gunungapi. Bentuklahan
vulkanik erat dengan resiko bencana alam letusan gunungapi.
Bagaimana
cara masyarakat Jepang menyikapi bencana yamg timbul karena keberadaan gunungapi
secara tidak langsung telah menjadi salah satu bentuk penciptaan budaya dalam
rangka mempertahankan keberlangsungan kehidupan mereka. Budaya ini sekaligus akan mempengaruhi kondisi sosial
masyarakat karena budaya itu sendiri tercipta akibat adanya interaksi sosial,
serta budaya pulalah yang menjadi rule of
the law bagi interaksi sosial yang berlangsung dalam masyarakat. Kehadiran
banyak gunungapi aktif di Jepang nyatanya telah membuat masyarakat harus mencari
tempat tinggal yang aman untuk menghindarkan resiko terkena bahaya bencana letusan
gunungapi yang sewaktu-waktu dapat datang. Status gunungapi di Jepang rata-rata
sangat berbahaya karena bersifat eksplosif,
dimana ledakan dashyat dapat terjadi saat gunungapi tersebut mengalami
erupsi. Keadaan ini mengakibatkan banyak lahan-lahan tidak dapat diperuntukkan
sebagai pemukiman. Masyarakat Jepang kemudian memilih membangun pemukiman di
wilayah dataran rendah yang jauh dari keberadaan gunungapi. Sayangnya,
keterbatasan wilayah dataran akibat bentuk negara kepulauan dengan 70% wilayah
berupa pegunungan menyebabkan perkembangan pemukiman hanya terpusat di
dataran-dataran rendah saja. Pertambahan populasi penduduk yang semakin
meningkat pun turut menyebabkan kebutuhan lahan semakin melambung setiap hari.
Lahan kemudian menjadi barang yang langka di daerah-derah pemukiman di Jepang.
Tokyo, Osaka, dan Nagoya mungkin dapat menjadi contoh betapa padatnya kawasan
pemukiman tumbuh di kota besar tersebur. Sekitar 60% dari total jumlah populasi
penduduk di Jepang sebesar 127,614 juta orang
hidup berjejal-jejalan di kota-kota tersebut, bahkan kini diperkirakan hanya
10% dari total penduduk Jepang yang hidup di kota pedesaan atau sub-urban. Kepadatan lingkungan tempat
tinggal ini kemudian menciptakan interaksi sosial budaya yang unik berupa
kebiasaan orang Jepang untuk menggunakan barang-barang yang kecil dan
minimalis.
Kebiasaan
tersebut terasa semakin jelas ketika melihat bentuk rumah-rumah penduduk Jepang
yang sebagian besar berukuran kecil dan bergaya minimalis. Rata-rata ukuran
rumah tersebut dapat dibilang hanya seukuran rumah petak di Indonesia dengan
dua lantai. Lantai pertama biasanya digunakan sebagai garasi kemudian lantai
kedua digunakan sebagai tempat tinggal dan beraktivitas seperti tidur, memasak,
dan makan. Apabila digambarkan maka rumah-rumah terebut sangat mirip dengan
rumah milik Nobita dan teman-temannya di film Doraemon ataupun rumah Nohara
Shinosuke pada film Crayon Shin-Chan.
Gambar Penataan Kota di Tokyo (sumber: Google Earth)
Kesan mini pun tidak hanya bisa
didapatkan melalui penampilan rumah-rumah penduduk Jepang, bahkan di
tempat-tempat perjudian pun dapat ditemukan kesan mini pada penataan letak mesin-mesin
casino. Di Jepang, peletakkan mesin casino diatur agak berbeda dengan negara
asal pengekspornya yaitu Las Vegas, Amerika Serikat. Apabila di negara asalnya
mesin casino diletakkan secara horisontal, maka di Jepang mesin tersebut
diletakkan secara vertikal. Alasannya tidak lain untuk memaksimalkan jumlah
mesin yang dapat diletakkan dalam ruangan judi untuk menampung lebih banyak
pengunjung. Pemaksimalan jumlah mesin casino ini juga disebabkan oleh tingginya
daya tarik masyrakat Jepang untuk berjudi guna menghabiskan waktu luang yang
ada. Daya tarik masyarakat terhadap kegiatan berjudi di casino tersebut tidak
lepas dari tidak tersedianya lahan publik yang memungkinkan bagi masyarakat
Jepang untuk menghabiskan waktu luang dengan beraktivitas outdoor. Lagi-lagi hal tersebut tidak lepas dari terlalu padatnya kondisi
pemukiman sehingga tidak lagi tersedia lahan bagi ruang publik.
Kepadatan rupanya tidak
hanya berimbas negatif kepada masyarakat Jepang, namun juga dapat memberikan
dorongan positif bagi perkembangan industri di Jepang. Kebangkitan industri
Jepang diawali oleh suatu perusahaan teknologi radio di Jepang, yaitu Sony. Perusahaan ini saat itu mampu
menciptakan sebuah radio mini yang dapat dibawa kemana pun. Produk tersebut pun
langsung laris di pasaran hingga menembus pasar dunia dan hingga saat ini Sony masih eksis sebagai perusahaan
terdepan yang menciptakan produk inovasi teknologi mini. Produk-produk seperti
radio mini (walkman) yang diciptakan
oleh Sony tersebut merupakan sebuah
implementasi dari keinginan setiap penduduk Jepang untuk menciptakan ruang
pribadi di tengah kepadatan kota-kota besar Jepang. Bagaimana tidak, dengan mendengarkan
musik menggunakan head phone maka
pengguna dapat seperti mendapatkan privasi walaupun sedang berada di keramaian.
Hingga saat ini pun masyarakat Jepang masih terbiasa mendengarkan musik melalui
ponsel maupun music player mereka
ketika berada di kereta maupun ruang publik lainnya untuk seekedar mendapatkan
‘ruang pribadi’ di tengah kepadatan manusia.
Jepang merupakan negeri
yang memiliki etos tinggi untuk selalu bekerja keras dan disiplin. Tidak salah
jika banyak negara kagum akan kegemilangan Jepang yang mampu segera bangkit
atas kehancuran akibat dari kekalahan pada perang dunia kedua. Etos bekerja
keras dan disiplin tersebut telah membuka jalan bagi Jepang dalam membangun
kembali kerajaan perekonomian yang hingga kini telah merajai sebagian pasar perdagangan
dunia. Keberhasilan Jepang di bidang perekonomian industri tidak dapat
dipisahkan dari kegagalan pemerintah dalam mengelola alam yang keras dan telah
hancur sebagian karena kekalahan perang. Bagaimana tidak, sebagian besar
wilayah gunungapi di Jepang merupakan wilayah yang tandus akibat intensitas
erupsi yang cukup tinggi. Keangkuhan alam ini kemudian memberikan dorongan bagi
pengusaha-pengusaha Jepang untuk memulai bisnis industri dengan memanfaatkan
bahan industri mentah yang didatangkan dari wilayah di luar Jepang. Sekali lagi
perubahan dunia hadir dalam perekonomian Jepang yang tidak mundah menyerah
kepada keangkuhan alam yang ada.
Masalah utama yang
dihadapi Jepang sebenarnya tidak hanya berhenti pada keberhasilan pembangunan
ekonomi industri saja. Upaya mempertahankan dan mengembangkan industri itulah
yang justru menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Jepang. Mulai berkembangnya
kawasan industri menjadi kawasan pemukiman yang besar sesungguhnya memberikan
efek pada ketidaktersedianya lahan lagi bagi aktivitas industri. Medan yang
terjal di hampir seluruh wilayah pegunungan dan tidak amannya wilayah di sekitar
gunungapi berimbas terhadap kesulitan memilih lokasi yang efektif untuk
membangun industri. Untungnya, dewasa ini para ahli konstruksi di Jepang telah
menemukan solusi alternatif untuk pemilihan lokasi industri. Pengubahan rawa
dan wilayah tepian laut di pesisir menjadi dataran baru menjadi solusi yang
populer bagi pengusaha Jepang dalam mendapatkan lokasi baru bagi pembangunan
industri. Ekstensi ini tentunya bukanlah solusi yang murah karena memerlukan
biaya yang sangat mahal untuk mengangkut berjuta-juta kubik tanah di pegunungan
kemudian menimbunnya di pantai. Mahalnya biaya penimbunan pantai belum seberapa
mahal apabila dibandingkan dengan resiko bencana lain yang dapat melanda sewaktu-waktu.
Resiko tersebut ialah retaknya lapisan tanah di wilayah hasil penimbunan pantai
sehingga air laut menyusup dan mengubah tanah menjadi lumpur hisap yang dapat
merobohkan gedung di atasnya. Resiko ini bisa saja terjadi apabila gempa besar
tiba-tiba mengguncang Jepang, mengingat Jepang merupakan negara dengan
intensitas gempa cukup tinggi. Walaupun demikian, paling tidak solusi
pembangunan industri di daerah pantai dapat menghemat biaya transportasi karena
dekatnya letak pelabuhan serta jaringan transportasi yang cukup baik di wilayah
dataran rendah.
Jepang bukan hanya menjadi
negara sekuler yang berkilau dengan keemasan perekonomian dan kemajuan
perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Jepang merupakan negeri dengan
tradisi yang melekat kuat hingga saat ini. Masyarakat Jepang terus hidup dalam
keseimbangan spiritual dan sekulerisme seperti ilmu pengetahuan. Keseimbangan
yang paling jelas terlihat adalah adanya kepercayaan bahwa gunungapi adalah
tempat dewa tinggal dan merupakan tempat suci yang perlu dihormati. Hingga kini
pun masyarakat Jepang selalu melakukan karnaval-karnaval dan upacara adat setiap tahun sebagai bentuk penghormatan kepada gunungapi. Di sisi lain,
masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang cerdas yang selalu terbuka dengan
pengetahuan baru. Mereka juga paham mengenai pengetahuan-pengetahuan gunungapi.
Masyarakat Jepang bukan hanya mengandalkan sisi spiritual dan tradisi saja
dalam memahami tanda-tanda yang muncul dari gunungapi, tetapi mereka juga
mengaplikasikan ilmu pengetahuan serta teknologi mereka untuk lebih mengenal
gunungapi. Keseimbangan antara dua sisi inilah yang seolah-olah merupakan
tujuan dari apa yang mereka cari. Keseimbangan ini pulalah yang menyelamatkan
mereka dari bahaya letusan gunungapi di sekitar mereka. Masyarakat Dieng dan
Tengger di Indonesia nampaknya juga harus belajar menerapkan keseimbangan
spiritual dan ilmiah seperti di Jepang agar memiliki pandangan lebih obyektif
dalam hal berinteraksi dengan gunungapi. Apalagi pada tahun 2010 silam telah
timbul banyak korban jiwa di Merapi akibat ketidakadaan sinergitas pikiran
antara intuisi spiritual dengan keterbukaan hal-hal ilmiah.
Kehadiran gunungapi di
Jepang nyatanya memang memberikan banyak pukulan keras bagi masyarakat yang
hidup di dalamnya. Keterbatasan sumberdaya alam yang timbul karena gunungapi
telah menjadi sahabat hidup masyarakat Jepang untuk terus bekerja keras dan
disiplin. Keterbatasan sumberdaya lahan malah menciptakan budaya yang berciri
khas dengan gaya minimalis yang mereka banggakan hingga saat ini. Budaya tersebut
kemudian menjadi daya kreasi bagi interaksi sosial yang berlangsung di dalam
masyrakat Jepang dan berakar menjadi suatu kearifan lokal masyarakat Jepang.
Hambatan yang lebih kompleks lagi dari adanya gunungapi bagi perkembangan
industri Jepang telah menghadirkan budaya berinovasi yang tinggi bagi para
pengusaha. Keseimbangan pemikiran masyarakat Jepang yag menggabungkan intuisi
spiritual dan pengetahuan ilmiah mereka melahirkan keharmonisan kehidupan
antara masyarakat dan gunungapi tanpa menghilangkan unsur-unsur tradisi yang
luhur di dalam masyarakat Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar